Alhamdulillah, hari ini 30 Desember 2016 putriku yang kedua sudah genap satu bulan. Putri kedua? Sudah satu bulan? Yup!
Hehe, pasti pada penasaran kok tau-tau udah lahiran aja? (Siapa pula yang penasaran, GR banget). Yaa mau nggak mau, suka nggak suka, aku mau berbagi sedikit soal kronologi kelahiran putri keduaku itu sebulan yang lalu, tepatnya pada Rabu, 30 November 2016. Barangkali ada yang bisa dipetik hikmahnya, hihihi.
Jadi, sebelum melahirkan kemarin aku sempat galau karena sudah lewat HPL, sempat panik karena si dede nggak ngajakin lahir sama sekali, hingga akhirnya ‘Kun fayakun’, tengah malam tiba-tiba perut mules kontraksi. Cerita lengkapnya berikut ini.
20 November 2016, H-5 dari HPL. Masih belum ada tanda melahirkan apapun. Kontrol dede hari ini sudah pindah tempat ke sasaran lahiran, bukan ke Hermina Grand Wisata yang biasa kontrol. Bukan soal uang aja sih sampai memutuskan untuk melahirkan di klinik atau rumah bersalin alias bidan. Yaa itung-itung mau punya cerita beda aja, pengen tau rasanya melahirkan di bidan yang katanya jauh lebih sabar daripada dokter obygin. Aku sebelumnya sudah browsing dan tanya-tanya di banyak tempat yang katanya bidannya oke. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk memilih Klinik dan Rumah Bersalin Umi Rahma yang di Ciketing, dekat perempatan Asem. Dari segi gedung klinik ini termasuk oke: bersih, rapi, terawat lah. Bidan dan CSnya juga ramah semua. Makanya di H-5 ini aku memutuskan untuk mulai kontrol ke sana. Sampai sana ketemu sama Bidan Yuli. Di USG dan raba perut katanya semua oke, kepala sudah mulai masuk jalan lahir. Tapi beratnya katanya sudah 3,8kg. Weeew.. Sempet syok banget pas denger itu. Masa gede banget? Makanya bu bidan nyuruh banyakin jalan lagi, kalau perlu ngepel jongkok. Hadeeeuh, ngepel jongkok itu sumpah yaah bikin engep! Tapi demi dede cepat lahir, mau gak mau, suka gak suka, aku lakuin juga deh.
22 November 2016. Akhirnya aku ngelakuin ritual ngepel jongkok juga. Engepnya gak ketulungan. Berharapnya sih kaya waktu mau lahiran si kaka, abis ngepel jongkok langsung keluar flek darah tanda mau lahiran. Tapi ditunggu sampai sore, malem, besoknya, ternyata nggak ada flek darah atau tanda bersalin apapun. Wuah, makin panik karena HPL sudah mau dekat!
23 November 2016. Jalan pagi full team: bareng ayah, kaka juga. Keliling cluster perumahan agak lama. Tapi sehari itu masih belum ada tanda-tanda juga. Makin panik. Mulai mikir intervensi lahiran: induksi atau secar. Oh No!
24 November 2016. Akhirnya aku ngelakuin ngepel jongkok sesi 2. Masih berharap langsung ada efeknya. Tapi ternyata masih nggak ada. Dede masih aktif gerak, mungkin mau mapanin posisinya dia.
25 November 2016, HPL! Dibawa jalan pagi lagi, shopping ke supermarket, tapi masih belum ada tanda-tanda. Makin panik, makin galau, tapi di satu sisi masih coba nerapin gentlebirth atau hypnobirthing: bayi punya waktunya sendiri tuk lahir. Tinggal percaya saja sama tubuh dan bayinya. Jadi yaa berusaha buang jauh-jauh soal ketuban ijo lah, soal pengapuran plasenta lah, soal berat badan debay yang makin nambah lah, soal harus diinduksi atau secar lah. Berusaha rileks. Oia, mau kontrol lagi ke bidan Yuli tapi ternyata sudah telat dan tutup. Nggak jadi deh. Besok lagi aja.
26 November 2016, H+1 HPL. Minta refreshing ke emol sama ayah. Kaka dititip ke mertua. Makan, muter-muter di emol, belanja, intinya lupain sebentar soal lahiran. Biar rileks laah. Nah, malemnya kontrol ke bidan Yuli dan malah jadi nggak rileks.huhu.. Pas di USG ketuban dan denyut jantung dede masih oke, tapi katanya berat debay sudah 4 kg. OMG! Kok makin gede? Lahh, kalau nanti makin lama lahirannya bakal makin gede juga lagi? Ampyuuun.. Trus bidan Yuli ngasih waktu sampai Senin (2 hari kemudian). Kalau masih belum ada tanda lahiran, akan dimulai tindakan yaitu Induksi. Haduuuuh, bayangin mules biasa aja sudah bikin meringis, apalagi diinduksi? Takut!
28 November 2016, H+3 HPL. Bukan nggak percaya sama bidan yuli, tapi mau cari 2nd opinion soal dede. Berapa beratnya, gimana keadaan ketuban dan denyut jantungnya, apa harus diinduksi juga. Akhirnya berangkatlah kita ke Hermina Grand Wisata. Niat hati mau kontrol ke dr. Regina, tapi ternyata beliau nggak ada. Langsung deh cari dokter perempuan yang ada praktik hari itu juga. Pilihanku ke dr. Upik. Kontrol sama dr. Upik langsung di usg. Kata beliau, ketuban dan denyut jantung masih bagus. Berat dede juga cuma 3,5kg (Hah? Sebelumnya kan katanya sudah 4 kg. Tapi yaa Alhamdulillah. Nggak jadi guedee dedenya. Kalau gede sudah parno duluan soalnya,haha). Selesai usg berharap banget dr. Upik bilang kalau masih bisa ditunggu, masih bisa melahirkan normal tanpa induksi. Tapi ternyata karena sudah lewat HPL 3 hari, menurut beliau harus diinduksi. Hiikz.. Makin panik dan galau. Tapi sebelum ada tindakan itu aku diminta untuk CTG dan hasilnya akan didiskusikan sama dr. Regina (karena aku biasa kontrol sama beliau), apakah perlu induksi dan kapan. Aku sih iya aja untuk CTG, sekalian memastikan ke diri sendiri kalau masih bisa normal tanpa induksi.
Akhirnya keluar dulu lah aku tuk cari makan siang. Setelah kenyang langsung ke lantai dua untuk CTG. Wew.. Banyak yang mau lahiran dan CTG, akhirnya antri deh. Pas giliranku tiba, mulai deh dipasangin alat di perut untuk ngerekam denyut jantung, gerakan, dan kontraksinya. Setelah selesai, hasilnya dilaporkan ke dr. Upik yang lagi ada di ruang operasi sebelahku. Beliau kembali menyarankan untuk induksi. Tapi sebelumnya beliau minta keputusan dari dr. Regina dulu yang ternyata juga menyuruh induksi. Tapi beliau menyerahkan kembali keputusan kepadaku apakah mau induksi atau nunggu. Setelah menjelaskan panjang lebar kemungkinan terburuknya, akhirnya aku tetep memutuskan untuk menunggu. Aku pun menandatangi surat penolakan induksi dan pulang ke rumah.
Setelahnya aku kembali memantapkan diri, kembali mensugesti diri kalau aku dan bayiku pasti bisa bekerja sama. Bayiku pasti punya tanggalnya sendiri untuk lahir. Sepulangnya dari Hermina, aku melewati tukang jualan nanas. Pernah baca kalau salah satu yang mempercepat lahiran adalah minum jus nanas. Aku pun akhirnya beli.
29 November 2016, H+4 HPL. Jalan pagi full team lagi bareng ayah dan kaka khay. Kali ini sampai ke hampir depan gerbang perumahan yang jaraknya lumayaaaaan banget dari rumah. Ayah dorong kaka khay yang naik sepeda, dan aku jalan sambil dingangkangin (kata temen itu salah satu cara juga supaya cepat lahiran, banyak jalan tapi jangan jalan biasa kudu dingangkangin alias dibuka kakinya). Cukup bikin capek dan keringetan juga. Tapi nggak apa-apa demi ded cepat lahir. Siangnya niat banget bikin jus nanas satu gelas gede dan dihabisin. Berharap bisa bikin mules. Tapi sampai tidur malem pun ternyata nggak ada apa-apa.
Ohya, sorenya sempetin kontrol ke bidan uminya langsung di klinik dan rumah bersalin umi rahma. Kata beliau masih bisa nunggu dan semuanya aman. Alhamdulillah. Itu membuat semangatku bisa melahirkan normal alami alias spontan makin besar.
30 November 2016, H+5 HPL. Tengah malam pas lagi tidur, tanpa diduga mules itu akhirnya datang. Masih sambil posisi tidur aku mulai menikmati mules yang datengnya langsung sering tapi dengan durasi sebentar-sebentar. Karena masih ngantuk dan nyawa belum kumpul, nggak kepikiran kalau itu mules kontraksi mau lahiran. Malah nyalahin si nanas yang bikin perut sakit. Padahal emang mules yang dicari toh? Yaah, namanya juga orang ngantuk. Masih linglung..haha
Sambil menikmati mules, aku usaha tetap tidur. Udah mulai bisa mikir kalau ini tanda lahiran. Jadinya tiap mules datang, hadap kiri dan hambil nafas dalam. Pas nggak mules dipake tidur karena kalau mau lahiran pasti susah tidur kan. Begitu pagi, aku bilang sama suami kayaknya mau lahiran dan udah mules. Ngeliat aku masih bisa jalan di dalem rumah, suami ngajakin jalan pagi. Padahal mulesnya udah lumayan banget. Aku pun mengiyakan supaya pembukaannya nambah meski belum tau udah ada pembukaan apa belum. Akhirnya keluar rumah deh bareng suami dan kaka khay. Tapi ternyata aku cuma sanggup jalan beberapa meter aja dan balik lagi ke rumah. Aku bilang sama suami kalau mau ke bidan.
Akhirnya aku, suami, kaka khay, dan juga ARTku mandi dan sarapan. Sebelumnya telepon mamaku supaya datang ke bidan juga sekalian booking kamar takut penuh. Mama dan papaku sampai lebih dulu di bidan. Kami sampai beberapa menit kemudian, kira-kira jam 09.30-an. Langsung dicek bukaan dan ternyata sudah bukaan 5. Alhamdulillah, perjuangan tinggal separuh jalan.
Aku pun dibawa ke ruang bersalin, berganti pakaian untuk bersalin, dan mulai menikmati kontraksi di sana. Aku coba tetap jalan-jalan, jongkok-berdiri, tapi lebih banyak tiduran miring kiri. Hari itu mencoba sellow dengan nggak teriak-teriak seperti pas melahirkan kaka. Setiap mules datang, terus istighfar sambil tarik nafas dalam. Lama-lama keinginan mengejan mulai muncul. Aku pun semakin nggak karuan dan mulai teriak. Tapi berkali-kali suamiku bilang, “malu bun teriak-teriak, tarik nafas aja”. Aku nurut. Langsung istighfar dan tarik nafas dalam lagi.
Bidan datang untuk cek bukaan, katanya sudah lengkap tapi kepala masih agak jauh. Katanya kasihan nanti ngedennya capek dan perlu tenaga ekstra. Aku disuruh menunggu hingga kepala debay makin mendekati “pintunya”. Aku yang merasakan mules yang makin menggila ditambah keinginan mengejan yang makin kuat, mulai teriak “mau ngeden”. Pas dicek ternyata “oke bu, nanti kalau mules lagi ngeden ya”. Ah, akhirnya!
Mules pun datang, coba ngeden tapi salah. “Matanya dibuka bu, bukan begitu ngedennya!”. Langsung mikir gimana yaa ngedennya dulu? Ahya, nggak bersuara dan mulut tertutup. Coba sekali, gagal. Coba lagi, gagal lagi. Hingga akhirnya bu bidan bersuara, “Ambil nafas panjang, sambung, ngeden yang kuat. Ini udah keliatan bu.” AKu pun melakukan itu, hingga akhirnya dengan posisi mengangkang pegang kedua kaki, aku melihat bayi mungil itu keluar dari rahimku. Alhamdulillah.
“Perempuan ya bu, ini kelilit satu ternyata. Ketuban juga mulai ijo. Tapi Alhamdulillah sehat.”. Setelah dibersihkan alakadarnya, dede nay pun langsung diletakkan di dadaku untuk IMD selama proses jahit menjahit itu selesai.
Aahhhh, akhirnya bayi itu lahir juga. Tanggal 30, berdekatan denganku yang lahir tanggal 31. Kalau kaka khay lahir tanggal 9, berdekatan dengan ayahnya di tanggal 10. Cantik yaa tanggalnya..hehe
Btw, welcome my baby girl: NAYYIRA HASNA ISNARIYANTI, putri kedua kami yang bercahaya indah.