Welcome My Baby Khay.. [LATE POST]

Setelah beberapa hari menggalau ria karena debay di perut tak juga menunjukkan tanda-tanda ingin keluar, Alhamdulillah puji syukur kepada Allah karena pada Kamis, 9 Juli 2015 pukul 10.35 debay akhirnya lahir. Debay lahir dengan cara normal alami alias spontan, dengan panjang 50 cm dan berat 3,45 kg. MasyaAllah.. Alhamdulillah.. Syukur tak henti kupanjatkan atas lahirnya mahkota kami yang berharga, Khaylila Zevanna Alfariyani.

Umumnya orang tua, kami berharap sesuai arti namanya agar anak kami bisa menjadi mahkota pertama yang berharga. Mahkota itu indah berkilau, dimiliki oleh sosok pemimpin, dan tak ternilai harganya. Karena itu, kami berharap anak pertama kami itu kelak akan menjadi pemimpin yang baik dan bersinar, juga berkualitas baik dimata dunia dan akhirat. Aamiin

Soal proses persalinan, baiklah akan kuuraikan kronologis kejadiannya..

Minggu, 5 Juli 2015
Bulan Juli semakin berjalan, tanda lahir belum ada. Atas saran ibu mertua akhirnya coba ngepel jongkok. Ampe dibeliin kain pel baru sama ayah sehari sebelumnya. Engep banget pas ngelakuin, but it’s work!

Senin, 6 Juli 2015
Abis solat subuh dan langit agak terang, jalan pagi sama ayah keliling cluster perumahan. Kira-kira setengah jam. Setelah itu pulangnya jalan kaki ke tukang sayur dekat rumah. Nah, siang sekitar pukul 14.30 keluar flek coklat. Tanda persalinan yang pertama. Sorenya, malah keluar lendir darah, tanda persalinan kedua. Tapi hanya sebatas flek dan lendir, tanpa mulas. Kebetulan malamnya jadwal kontrol ke dokter kandungan (dengan dokter Aditya Maharani)  Cek CTG hasil bagus. Cek bukaan masih nol. Saran dokter inap 4 jam tuk observasi. Tapi kami memutuskan untuk pulang dan menanti pembukaan di rumah.

Selasa, 7 Juli 2015
Tanggal yang sempadanadi patokan HPL. Mulai berasa mulas. Tapi masih seperti kalau mau haid. Jalan pagi tetap dilakukan dengan menahan rasa mulas. Berharap sudah mulai ada pembukaan. Tapi ketika cek ke bidan dekat rumah, masih pembukaan nol.

Rabu, 8 Juli 2015
Ayah pergi ke kantor. Orang tua yang kemarin sempat menginap di rumah, juga pulang. Akhirnya sendirian di rumah dengan merasakan mulas yang levelnya semakin naik. Beruntung sahabatku datang untuk main. Lumayan, ada temannya kalo aku perlu apa-apa. Hari semakin larut, mulas makin menjadi, gak bisa tidur.

Kamis, 9 Juli 2015
Jam dua pagi bangunin ayah untuk usap-usap pinggang karena mulas yang makin menjadi-jadi. Diputuskan kalau setelah solat subuh harus ke rumah sakit. Gak peduli mau lahiran atau belum, tapi yang jelas lebih ngerasa aman kalau ke rumah sakit. Jam 3 pagi saat ayah sahur, aku mandi. Kalau akhirnya harus lahiran kan udah wangi.hehe.. Selesai solat subuh kami langsung jalan ke rumah sakit dengan bawaan tas persalinan yang komplit.
Sampai di rumah sakit dengan kursi roda langsung dibawa ke ruangan observasi. Di CTG lagi dengan nahan mulas dan dicek bukaan. Alhamdulillah, jalan pembukaan 4 katanya. Semangat banget pas dengernya. Semakin menggebu kalau aku sebentar lagi bisa melahirkan normal alami.
Ohya, soal pembukaan aku punya cerita. Sehari sebelumnya aku sambil nangis-nangis coba bicara dengan debay, bahkan rahim, plasenta, ketuban, juga aku mohon-mohon supaya semuanya mau kerja sama, mau berjuang sama-sama supaya debay bisa cepat lahir. Debay memang sudah di bawah posisinya, tapi belum masuk panggul. Jalan lahir juga katanya masih tinggi dan belum lunak semuanya. Makanya aku sampai mohon-mohon banget. Trus aku khusyuk banget berdoa, mohon sama Allah supaya Allah bisa memberikan kuasaNya padaku, tentu sambil nangis-nangis. Berharap bahwa Allah mau memudahkan pembukaanku, mempercepatnya, melancarkannya, hingga aku bisa melahirkan normal alami tanpa intervensi medis apapun. Alhamdulillah lagi, Allah mendengar doaku itu.
Lanjut soal persalinan, setelah pembukaan tiga mama datang. Suami diminta urus rawat inap dllnya ke bagian administrasi, sementara aku ditemani mama di ruang observasi. Tiba-tiba aku merasa ingin buang air kecil. Baru saja duduk di tempat tidur, byuuuuur keluar air yang sangat banyak. Ketubanku pecah. Mama langsung melaporkan pada suster dan aku pun segera di bawa ke ruang bersalin.
Sampai di ruang bersalin (yang lebih mirip kamar perawatan karena ada sofa, tv, kamar mandi dalam), aku mulai dipasangin penunjang medis segala rupa. Infus lah, oksigen lah, dan gak tau apalagi. Aku udah mulai ga fokus. Rasa mulas setelah ketuban pecah itu benar-benar luar biasa. Mulai deh melupakan ritual ambil nafas dan hembuskan yang tadi masih sukses aku lakuin. Bawaaanya udah pengen nangis, teriak, nyerah aja. Setiap mulas datang, langsung cek pembukaan. Pelan tapi pasti pembukaan terus naik. Tapi setiap naiknya itu pasti diiringi dengan teriakanku yang bilang, “Udah ma, gak kuat. Aku gak bisa. Aku nyerah ayah. Ayah, sakiiit. Aku mau sesar aja!”
Tapi selalu aja disautin sama bidan, perawat, mama, dan suamiku dengan kalimat positif, “Kamu bisa. Semua perempuan aja bisa. Kamu udah pembukaan setengah jalan ini, tinggal dikit lagi. Kamu udah ngejalanin prosesnya dengan bagus, alami. Masa mau sesar? Hirup oksigennya dalam-dalam, hembuskan lewat mulut. Kasih dedeknya yang diperut oksigen. Kalau ibu gak nafas dengan benar, kasihan dedeknya gak bisa nafas juga. Gak mau dedek kenapa-kenapa kan?”
Sumpah! Aku tau, aku juga inget ritual nafas itu. Aku juga sadar kalau ini saatnya aku yang berjuang, tapi ya Allah sakitnya benar-benar luar biasa. Apalagi sakit saat nahan gak boleh ngeden. Ya, mulai dari pembukaan lima aku mulai ingin ngeden saat mulas datang. Langsung deh “diceramahin” sama semua orang yang ada di ruangan itu. Katanya nanti jalan lahirnya bengkak, dedek makin susah lewatnya karena besar, dll. Ya Allah, nahan ngeden itu yang paling luar biasa!
Sampai akhirnya udah gak keitung berapa kali aku teriak dan marah-marah, ehh perawat dan bidan yang ada di dalem mulai beres-beres. Perlengkapan debay, jahit menjahit, dan semuanya udah mulai disusun. Hingga akhirnya bidan bertanya, “Bu, mau mama atau ayahnya yang di ruangan ini? Cuma boleh satu orang”. Aku jawab, “Bapak!” Haha, jawaban aneh. Tapi bidan akhirnya meminta mamaku untuk keluar. Setelah itu aku dengan polosnya nanya, “Ini udah mau lahiran ya?” karena ajaib, rasa mulesnya tiba-tiba hilang. Apalagi pas dokter Aditya sudah berada di posisinya, sebelah kanan kakiku.
Dan pertunjukkan dimulai. Kalau berasa mulas dan ingin ngeden, aku diminta ngeden sekuatnya. Debay bisa dibilang besar soalnya, jadi kudu ekstra tenaga. Percobaan pertama gagal. Kedua juga gagal. Hingga akhirnya di percobaan keberapa gitu (gak sempet ngitungin) akhirnya debay keluar. Tangisnya langsung membahana seruangan dan aku bangun dari mimpi!
Ya Allah, benar-benar gak nyangka aku bisa melahirkan normal alami seperti keinginanku. Aku akhirnya bertemu dengan anak yang beberapa bulan belakangan ini selalu bersamaku. Aku akhirnya menjadi ibu!
Setelah dibersihkan seadanya, debay langsung ditaruh di dadaku untuk IMD. Sementara dokter Aditya melanjutkan proses jahit menjahit. Sakit? Gak. Kaya digigit semut aja. Beneran. Lagian aku juga fokus ngeliatin anak yang lagi diem anteng di dadaku ini. Merem melek, merasakan kehangatan ibunya. MasyaAllah.. Luar biasa rasanya.
Kata bu dokter aku diobras. Yah, gak masalah lah ya, pikirku saat itu. Yang penting debay udah keluar dengan sehat selamat. Jahitannya berapa aja juga gak masalah. But nooooow! OMG! Itu jahitan sampai anus. Ruasane poooool! Setelah beberapa hari baru deh berasa nyiksanya.huhu.. Tapi yaa masih bisa bersyukur dibanding dengan sakitnya yang jahitan sesar toh?
Ohya, ada proses lucu pas ngeden. Suamiku tadinya berada di sebelah kananku. Maksud hati supaya bisa bantu usap-usap kepala atau megangin tangan. Tapi karena beberapa kali ngeden debay belum keluar juga, akhirnya posisi suamiku diganti bidan dan perawat yang bertugas mendorong perutku ke bawah supaya debay gampang keluar. Suamiku merasa tersisih katanya..hihihi

Well, itu cerita persalinanku. Rasanya memang luar biasa. Campur aduk. Tapi satu yang pasti, perjuangan belum berakhir. Inilah justru awal perjuanganku. Semangaaaat!

InsyaAllah Bertemu My Baby Girl di RS Hermina Grand Wisata

Sabtu, 9 Mei 2015 adalah saat kontrol rutin bulanan dengan dokter Regina. Saat di USG usia kandungan sudah 31 minggu dengan berat 1700gr. Kata beliau 99% juga fix baby girl. Alhamdulillah semuanya sehat dan normal. Yang bikin takjub dari USG yang bukan 4D itu, aku tetep bisa liat muka my baby loh. Ditunjukin sama dokternya, mana mata, hidung, mulut. Walau gak sejelas USG 4D, tapi mata, hidung, mulutnya lumayan keliatan. Semuanya itu juga normal kata bu dokter. Iihhh, jadi makin gak sabar deh buat cepet bisa ketemu my baby girl.. 😍😘

Ohya, mulai kontrol berikutnya udah mulai kontrol dua minggu sekali. Tapi obatnya tetep ditebus sebulan sekali biar gak ribet bolak-balik tiap kontrol. Nah, pas kontrol ini obatku ada yang berubah. Tepatnya obat tuk zat besi. Sekarang obatnya Prenamia, ini penampakannya:

image

Yaa obat apapun pasti dikasih yang terbaik menurut dokter. Bismillah, mudah-mudahan bikin aku dan debay tambah sehat dan kuat. Aamiin..

Saat kontrol kemarin aku dan suami juga mutusin tuk reservasi kamar persalinan sekalian. InsyaAllah udah fix mau lahiran di sana. Memang sih, waktu persalinan masih jauh. Batas reservasi juga sampai 36 minggu. Tapi berhubung tuk reservasi gratis alias gak ngeluarin biaya, plus dapet banyak keuntungan, akhirnya udah dimulai dari sekarang. Ngomong-ngomong soal keuntungan dari reservasi kamar persalinan, berikut rinciannya:
1) Kalau sudah tiba waktu persalinan yang pastinya bikin panik, gak bakal tambah panik dan bingung dengan urusan administrasi. Tinggal tunjukkan kartu reservasi cuuus langsung ditangani.
2) Jika saat melahirkan kamar yang kita pesan penuh, kita akan ditempatkan di kamar versi atasnya dengan biaya sesuai reservasi awal. (Contoh: aku pesan kamar kelas 1 secara normal, jika penuh dinaikkan ke kamar VIP dengan biaya kelas 1)
3) Dapat free: 2x senam hamil, kursus prenatal setiap sabtu, 1x konsultasi laktasi pra persalinan, 1x kursus pijat bayi setelah puput pusar, 1x konsultasi pasca melahirkan, dan kursus perawatan bayi.
4) Jika kita sudah reservasi tuk persalinan normal tapi tiba-tiba harus cesar, maka kita bisa meminta untuk turun/naik kelas. Yang penting harus sesuai perjanjian awal apakah pakai full asuransi, sebagian asuransi, atau pribadi.

Tuk aku pribadi, akhirnya memilih akan melakukan persalinan di Hermina Grand Wisata karena beberapa alasan. Tidak begitu jauh dari rumah, nyaman dengan dokter dan fasilitasnya (walau gak nyaman di kantong..hihihi), dan pengen banget dapet tempat lahiran yang pro normal, pro asi, pro imd. InsyaAllah rumah sakit ini bisa sesuai dengan harapanku. Aamiin. Next tuk anak kedua dan seterusnya, karena sudah dapet ilmu dari persalinan di sini, baru deh bisa cari tempat lahiran yang lebih ramah di kantong..hehe

Yaa intinya mah cuma mau yang terbaik tuk anak pertama kami. Bismillah, mudah-mudahan semuanya terus sehat, normal, dan baik-baik saja sampai persalinan. Sejujurnya, makin mendekati HPL makin panik, gugup, dan takut. Kudu banyak sugesti diri supaya bisa tetep ngelahirin normal ni. Mohon bantuan doanya yaaaak.. 😄😁

  • Facebook

  • Arsip

  • Kategori

  • Tag

    akad nikah B1A4 bahasa Indonesia baro batik Batu Bekasi belanja keperluan bayi berbicara Bromo choi jong hun cinta cita-cita dr. Regina Tatiana Purba Dr. Regina Tatiana Purba S.POG Dr. Sri Redjeki dr. W. S. Redjeki S.POg dr Regina Tatiana Purba Spog fanfiction film film barat film indonesia filosofi ft island gongchan guru hamil hermina grand wisata honeymoon ibu iko uwais ingin hamil jalan-jalan jinyoung jogja kampus keluarga khaylila kontrol hamil korea kuliah lamaran mega bekasi hypermall melahirkan membaca mengajar menjadi ibu menulis menyimak motivasi moto gp my wedding novel parenting pedrosa pernikahan persahabatan persalinan pregnant Promavit puisi renungan resepsi RS Hermina Grand Wisata rsia bella bekasi sabar sarjana sastra Indonesia sekolah dasar semangat senam hamil seserahan the raid trimester tiga wisuda
  • Tulisan Terakhir

  • Komentar Terakhir

    melody pada Pondok Indah Mertua VS Pondok…
    Yolanda ayu (@yolagu… pada Kenapa ambil jurusan bahasa da…
    intan pada Rasanya Hamil Ketiga, Anak…
    Ika pada Kenapa ambil jurusan bahasa da…
    alma pada Kenapa ambil jurusan bahasa da…
    wickyyumma pada Kenapa ambil jurusan bahasa da…
    Titis pada Kenapa ambil jurusan bahasa da…
    Titis pada Kenapa ambil jurusan bahasa da…
    Adhari pada Kenapa ambil jurusan bahasa da…
    Indri Lutfi pada Kenapa ambil jurusan bahasa da…
  • Love Story

    Daisypath Anniversary tickers